Mencapai Kebahagiaan

Efatax - Mencapai kebahagiaan, inilah trending kali ini.

Bahagia, memang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia karena menurut dasarnya. Manusia itu diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan.

Manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaanNya. Artinya, manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain.

Kabir Helminski, seorang penulis literatur Sufi dan penerus tradisi Maulawi Jalaluddin Rumi menulis tentang manusia sempurna dalam bukunya, The Knowing Heard: A Sufi path of Transformation. 

Menurut dia, sifat manusia sempurna adalah refleksi dari sifat-sifat Tuhan. Tuhan mempunyai sifat yang tidak terbatas. Kesempurnaan manusia adalah takdir bawaan kita, yang memerlukan hubungan yang harmonis antara kesadaran kita dengan kasih Ilahi.

Sifat-sifat manusia sempurna menurut Kabir Helminski adalah:

1. Pengetahuan diri. Tingkat pengetahuan kita terhadap diri sendiri kelemahan, keterbatasan, karakteristik dan motivasi kita.
2. Pengendalian diri. Kemampuan untuk membimbing dan mentransendensikan dorongan-dorongan nafsu.
3.Pengetahuan yang objektif. Pengetahuan yang berkesesuaian baik dengan kebutuhan praktis maupun realitas objektif yang dapat diketahui melalui hati yang sadar dan suci.
4. Pengetahuan batin. Kemampuan untuk mengakses bimbingan dan makna dari dalam batin sendiri.
5.Hadir. kemampuan untuk tetap dalam kondisi kusuk, yakni secara sadar merasakan pengalaman.
6. Cinta tanpa pamrih. Mencintai Tuhan dan ciptaannya tanpa motif kepentingan diri.
7. Meningkatkan perspektif Ilahi. Kemampuan untuk selalu melihat kejadian-kejadian dan manusia dari perspektif tertinggi cinta dan tidak terperosok ke dalam penilaian dan pendapat yang egois.
8. Intim dengan Tuhan menyadari hubungan dengan sumber Ilahi.
Sempurnakah Kita?

Pada suatu rentang masa di usia remaja saya, Saya pernah merasakan semacam kekacauan dalam hidup saya, dan saya ingin mengubah itu melalui berbagai jalan.

Namun saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan.
Perubahan itu tak kunjung datang. Padahal saya melihat, banyak orang berhasil mengubah diri dengan belajar self-development gaya barat, misalnya.

Saya heran, Mengapa saya yang rasanya meminta dan berguru langsung dengan Tuhan sang pencipta tidak kunjung berhasil, sementara mereka yang hanya berguru dengan ciptaan Tuhan malah banyak yang berhasil.

Kok manusia malah lebih efektif dibandingkan Tuhan dalam mengajarkan keberhasilan hidup?. Adakah yang salah? Bukankah Tuhan sudah menjamin akan memberikan apapun yang manusia minta?.

Jujur saja, jika kita bertanya apakah kita sudah merasa menjadi manusia yang sempurna, yang pernah Dasar kemuliaan bisa mewujudkan berbagai niatnya dengan relatif mudah?. Saya khawatir tidak.

Oleh karena kalau kita sempurna, Harusnya kita bisa lebih hebat dari kondisi sekarang.

Hidup kita serba memuaskan, sukses dalam segala hal, baik karir, finansial, keluarga, kesehatan dan hubungan dengan orang lain.

Tapi mengapa kita tidak seperti itu?
Sebab, kita semua sudah lupa akan dasar Kita sebagai manusia.
Dasar Kita sendirilah yang harus kita tuju agar kita kembali mendapatkan hak Ilahi kita, yaitu menjadi sebaik-baik ciptaanNya. 
Bagaimana caranya?


Dasar sempurna di zona ikhlas

Saya sering bertanya dengan sedikit Frustasi jika kita memang sudah diciptakan sempurna Lalu bagaimana cara mengaktifkan kesempurnaan itu?

Frustrasi seperti kalau kita baru membeli sebuah badan setelah melihat kehebatannya ditunjukkan oleh penjual, tetapi tidak demikian saat dicoba dirumah.

Pertanyaan saya adalah how to?. Gimana sih caranya?
Manusia sempurna adalah manusia yang hidup seimbang dan Utuh dengan seluruh kecerdasannya. Kecerdasan fisik, intelektual, emosional dan spiritual. (PQ, IQ, EQ, dan SQ).

Kecerdasan fisik dan intelektual umumnya kita dapat dari bangku pendidikan, kecerdasan emosional dari pergaulan dan kecerdasan spiritual dari kematangan pengalaman hidup.

Itu semua adalah penjelasan teoritis yang juga bisa dibaca dari berbagai literatur lainnya.

Kepentingan kita di sini adalah mengubah informasi teoritis itu menjadi pengalaman nyata yang empiris.

Pengalaman yang akan bisa menjawab: Apakah pikiran itu? Bagaimana mengukurnya? Bagaimana cara mengelola emosi? Bagaimana saya tahu kalau saya sudah ikhlas? Terbuat dari apakah pikiran, perasaan dan jiwa?.

Dalam kitab Bhagavad Gita disebutkan:
Hati orang yang telah mencapai hakikat kebenaran adalah penuh dengan ketenangan dan terhindar dari segala rasa gelisah. Iya tidak dapat dipengaruhi oleh kesenangan dan kesedihan. Yang menemukan kebahagiaan itu dalam jiwanya dan bersama pikirannya tenggelam ke dalam hakikat kebenaran karena mengingat akan mencapai kekekalan Tuhan dan Nirwana. Ia adalah orang boleh dibersihkan jiwanya dari segala ketidak sempurnaan, Iya setelah dapat menghancurkan segala rasa ragu, ia dapat mengontrol jiwa dan akan mengalami ketentraman selamanya.
Kalau kita ingin melihat Seperti apa sebetulnya kondisi dasar manusia, kita bisa mengamati kehidupan anak balita.

Anak-anak seusia itu akan selalu merasa bahagia, senang, tanpa beban dan total dalam mengerjakan sesuatu.

Saat bermain dia akan total bermain, saat menangis ia akan 100% menangis, dan saat tertawa dia akan tertawa dengan lepas. Ia anak-anak selalu berada di present moment, selalu berfokus pada apa yang sedang ia alami saat ini.

Sri sri Ravi Shankar, seorang spiritualis terkenal dunia salah seorang nominator pemenang hadiah Nobel untuk perdamaian di tahun 2006 mengatakan bahwa dirinya adalah anak-anak.

Oleh karena itu, Ia selalu menyungging senyum setiap waktu, ia merasa dirinya senantiasa diliputi kebahagiaan.
Inilah yang seharusnya manusia pertahankan dalam hidupnya sehingga Ia tetap ada asas dasar manusia.

Sayangnya lingkungan hidup manusia telah membuat mereka melenceng jauh dari fitrahnya, seiring anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa, semua kesempurnaan manusia yang mereka miliki sejak lahir pun semakin pudar.

Lingkungan telah membuat mata dan hati mereka. untuk itu Berusahalah menjadi anak-anak agar kita dapat menemukan kembali fitrah kita.
Yang selalu berbahagia. 

Yang selalu berfokus pada apa yang telah kita tuju. Yang selalu bersyukur pada apa yang kita dapat.


Manusia lahir sempurna

Manusia dilahirkan dengan perasaan mampu melakukan segalanya. Sebelum kemudian dikacaukan oleh pesan-pesan ketidakmampuan yang datang dari lingkungannya. Perasaan mampu itu ditunjukkan dengan keberanian melakukan sesuatu.

Perhatikanlah tingkah laku bayi berusia 89 bulan keatas ketika Iya baru mulai bisa duduk dan mencoba untuk menirukan orang-orang dewasa di sekitarnya. 

Dia akan mengeksplorasi dunianya dengan penuh keberanian walaupun tubuhnya belum siap untuk itu. Karena di kepalanya ya belum memiliki konsep bahwa ia tidak mampu.

Dia akan terus bersemangat mencoba melakukan segala hal baru dengan antusias dan tekun.

Semua dihadapi 100% dengan penuh semangat, tawa dan air mata.
Suatu totalitas keikhlasan yang sempurna. 

Ia kerasukan segala yang Iya punya sampai kemudian jika kurang beruntung berangsur-angsur mulai masuk pesan pesan ketidak mampuan dari lingkungan yang dipenuhi oleh kata-kata "jangan" ,"tidak boleh" atau "tidak bisa". sang bayi ikhlas ini pun mulai meragukan potensi dirinya.

Perasaan bahwa anda sanggup menentukan dan merancang kehidupan anda sendiri sebenarnya kuat terasa di dalam hati anda.

Terbukti setiap kali usaha anda dikucilkan oleh orang lain Anda akan merasa tidak senang.

Tetapi meskipun perasaan bisa itu merupakan Fitrah kelahiran manusia, pada saat masuk ke dalam masyarakat dia akan "dipaksa" untuk menerima "kesepakatan bersama" bahwa ia hanya akan berhasil,
=>Kalau punya banyak uang,
=>Kalau punya banyak pengetahuan,=>Kalau punya ijazah dari luar negeri,=>kalau punya koneksi orang dalam, =>kalau punya modal yang cukup,=>Kalau punya tubuh ramping,=>Kalau diberi kesempatan,
dan beragam," kalau" yang tidak mungkin ia bisa penuhi semuanya.

Melalui posting ini, akan mengingatkan kepada anda bahwa anda sudah dikaruniai berkah kelahiran yang luar biasa untuk bisa berhasil di dalam apapun rencana keberhasilan Anda.

=>Bahwa default factory setting  semua manusia adalah untuk berhasil.=>Bahwa Tuhan menciptakan manusia bukan untuk mengalami kegagalan.=>Bahwa kegagalan bukanlah nasib melainkan serangkaian keputusan yang kurang tepat dan selalu bisa direset diputer kembali ke arah keberhasilan.

Demikian posting ini semoga bermanfaat dan terimakasih telah berkunjung.

Baca juga dibawah ini,

Belum ada tanggapan untuk "Mencapai Kebahagiaan"

Post a Comment